Penyakit Eksim (Eczema) atau Dermatitis Atopik
Eczema atau
eksim adalah kelainan kulit kronis yang sangat gatal, umum dijumpai, ditandai
oleh kulit yang kering, inflamasi dan eksudasi, yang kambuh-kambuhan. Kelainan
biasanya bersifat familial, dengan riwayat atopi pada diri sendiri ataupun
keluarganya.
Atopi ialah
kelainan dengan dasar genetik yang ditandai oleh kecenderungan individu
untukmembentuk antibodi berupa imunoglobulin E (IgE) spesifik bila berhadapan
dengan alergen yang umum dijumpai, serta kecenderungan untuk mendapatkan
penyakit-penyakit asma, rhinitis alergika dan DA, serta beberapa bentuk
urtikaria.
Dalam kehidupan sehari-hari, eksim (dermatitis atopik) merupakan
peradangan menahun pada lapisan atas kulit yang menyebabkan rasa gatal;
seringkali terjadi pada penderita rinitis alergika atau penderita asma dan pada
orang-orang yang anggota keluarganya ada yang menderita rinitis alergika atau
asma.
Eksim merupakan peradangan pada lapisan kulit, baik di lapisan
epidermis maupun dermis. Seperti diketahui, kulit terdiri dari tiga lapisan,
lapisan jangat (epidermis), dermis, dan jaringan subkutis. Epidermis sebagai
lapisan paling atas terbentuk pada usia kehamilan 5-6 minggu. Setidaknya,
sekitar 28 hari sekali kulit akan berganti dengan kulit baru.
Selain itu, terdapat sel pigmen yang melindungi tubuh dari efek
sinar matahari. Tanda-tanda eksim, antara lain :
·
Kulit
kemerah-merahan
·
Kulit
kering
·
Basah,
atau tebal
·
Bersisik
· Biasanya
eksim baru warnanya agak lebih merah, agak basah, disertai bengkak. Sementara
pada yang kronis atau sudah lama, lebih tebal, bersisik, kering, dan warnanya
agak kehitaman.
· Eksim
karena faktor pencetus dari lingkungan bersifat alergen yang dapat menimbulkan
reaksi alergi di tubuh, sehingga kulit menjadi gatal dan timbul eksim.
·
Faktor
lain yang memudahkan terjadinya eksim adalah sifat kulit, yakni kulit kering.
Pemakaian sabun yang kadar alkalinya tinggi, terlalu sering berada di ruangan
ber-AC dengan suhu di bawah 18° Celsius, memakai pakaian dari wol, bisa memicu
kambuhnya eksim. Meski penyebabnya genetik (keturunan), sepanjang tak ada
faktor pencetusnya, eksim ini tidak akan timbul.
Jadi,
kalau gejalanya masih sedikit gatal atau merah, lebih baik langsung
diingat-ingat apa yang sudah dimakan dan dikenakan, lalu cepat hindari agar tidak
berkepanjangan.
Penyebab
Penyakit Eksim (Eczema) atau Dermatitis Atopik Penderita dermatitis atopik
biasanya juga memiliki penyakit alergi lainnya. Hubungan antara dermatitis dan
penyakit alergi tersebut tidak jelas; beberapa penderita memiliki kecenderungan
yang sifatnya diturunkan untuk menghasilkan antibodi secara berlebihan
(misalnya immunoglobulin E) sebagai respon terhadap sejumlah rangsangan yang
berbeda. Berbagai keadaan yang bisa memperburuk dermatitis atopik: Stres
emosional Perubahan suhu atau kelembaban udara Infeksi kulit oleh bakteri
Kontak dengan bahan pakaian yang bersifat iritan (terutama wol).
Pada
beberapa anak-anak, alergi makanan bisa memicu terjadinya dermatitis atopik.
Penatalaksanaan Krim atau salep corticosteroid bisa mengurangi ruam dan
mengendalikan rasa gatal. Krim corticosteroid yang dioleskan pada daerah yang
luas atau dipakai dalam jangka panjang bisa menyebakan masalah kesehatan yang
serius, karena obat ini diserap ke dalam aliran darah.
Obat
eksim yang mengandung kortikosteroid diberikan sebagai anti radang dan anti
mitosis (pembelahan). Pemakaian sediaan yang mengandung kortikosteroid harus
sesuai anjuran dokter meskipun penggunaan secara topikal relatif lebih aman.
Obat tersebut adalah antiinflamasi, untuk sediaan salep penggunaannya ditujukan
untuk gangguan-gangguan kulit yang bersifat proliferatif, seperti psoriasis
(gangguan kulit yang manifestasinya berupa timbulnya bintil-bintil kecil yang
terasa gatal dan jika digaruk dapat berair atau bersisik), dan juga
penyakit-penyakit inflamasi seperti beberapa jenis dermatitis (infeksi kulit).
Sebagaimana
antiinflamasi, tentunya hidrokortison bekerja mengecilkan pembuluh darah yang
melebar dan adanya pembengkakan pada kulit. Kebetulan, pada jenis tertentu,
jerawat juga berwujud bintil/bengkak kemerahan. Namun kami tidak menganjurkan
penggunaan hidrokortison terus menerus karena senyawa-senyawa turunan steroid
dapat menembus ke dalam kulit dan dapat menumpuk di bawah kulit setelah
pemakaian dalam jangka waktu yang panjang.
Jika
krim atau salep sudah tidak efektif lagi, maka digantikan oleh jeli minyak
selama 1 minggu atau lebih. Mengoleskan jeli minyak atau minyak sayur bisa
membantu menjaga kehalusan dan kelembaban kulit. Jika digunakan kembali setelah
pemakaiannya dihentikan sesaat, corticosteroid menjadi efetif kembali.
Pada
beberapa penderita, ruam semakin memburuk setelah mereka mandi, bahkan sabun
dan air menyebabkan kulit menjadi kering dan penggosokan dengan handuk bisa
menyebabkan iritasi. Karena itu dianjurkan untuk lebih jarang mandi, tidak
terlau kuat mengusap-usap kulit dengan handuk dan mengoleskan minyak atau
pelumas yang tidak berbau (misalnya krim pelembab kulit). Antihistamin
(difenhidramin, hydroxizini) bisa mengendalikan rasa gatal, terutama dengan
efek sedatifnya. Obat ini menyebabkan kantuk, jadi sebaiknya diminum menjelang
tidur malam hari. Kuku jari tangan sebaiknya tetap pendek untuk mengurangi
kerusakan kulit akibat garukan dan mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi.
Penderita
sebaiknya belajar mengenali tanda-tanda dari infeksi kulit pada dermatitis
atopik (yaitu kulit bertambah merah, pembengkakan, terdapat gurat-gurat merah
dan demam). Jika terjadi infeksi, diberikan antibiotik. Tablet dan kapsul
corticosteroid bisa menimbulkan efek samping yang serius, karena itu hanya
digunakan sebagai pilihan terakhir pada kasus yang membandel.
Obat
ini bisa menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, kelemahan tulang, penekanan
kelenjar adrenal dan masalah lainnya, terutama pada anak-anak. Selain itu,
efeknya yang menguntungkan hanya bertahan sebentar. Pada dewasa bisa dilakukan
terapi dengan sinar ultraviolet ditambah psoralen dosis oral. Terapi ini jarang
dilakukan pada anak-anak karena efeks samping jangka panjang yang berbahaya, yaitu
kanker kulit dan katarak.
Penanggulangan
yang dianjurkan adalah melalui pendekatan eklektik holistik, maka selain diberi
pengobatan simptomatis juga psikoterapi (biological priority and psychological
supremacy) di mana faktor biologis merupakan prioritas (keutamaan), sementara
aspek psikologis dan sosial merupakan supremasi (keunggulan). Pada
penatalaksanaan dermatitis, prioritas umum adalah pengobatan aspek biologis
(medikamentosa), yaitu dengan menggunakan obat-obatan dan salep, bersamaan
dengan itu tetap mengutamakan proses psikologis.
Intervensi
psikoterapi dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung spesifisitas tiap
kasus, dapat dilakukan dengan terapi individu (psikoterapi suportif
individual), psikoterapi kelompok, medifikasi lingkungan serta terapi perilaku.
Terapi individu dapat dilakukan dengan prinsip dinamik. Target atau tujuan
terapi individu adalah menolong penderita untuk meningkatkan tilikan ke dalam,
pengertian mengapa dan bagaimana faktor psikologis dapat menyebabkan
eksaserbasi, gejala fisik serta mengenali konflik di bawah sadar serta
mekanisme secondari gain. Yang dimaksud dengan secondary gain atau keuntungan
sekunder adalah karena sakitnya penderita memperoleh perhatian dari
lingkungannya atau terbebas dari menjalankan tugas yang tidak menyenangkan atau
menimbulkan stres.
Terapi
kelompok menyediakan dukungan dari kelompok dan forum sebagai wadah untuk
memperbaiki keterampilan bersosialisasi dan berinteraksi di dalam kelompok.
Kelompok itu dapat mengeksplorasi masing-masing ketergantungan yang hebat,
proteksi berlebihan dari orang tua atau keluarga, menggunakan gejala sebagai
alat manipulsi, menyetujui dan menerima terapi medis yang diberikan serta
menanamkan kebutuhan untuk kontrol kembali. Bagi penderita yang mengalami
kesulitan dalam bersosialisasi (pendiam, tertutup, pemalu serta sulit bergaul)
terapi kelompok merupakan pilihan utama.
Menjauhkan
penderita dari situasi atau lingkungan yang menimbulkan stres merupakan salah
satu cara modifikasi lingkungan, misalnya modifikasi lingkungan banyak
digunakan untuk penyakit-penyakit alergi (dermatitis dan asma bronchiale).
Penderita ini harus berada di lingkungan yang bebas dari segala hal yang dapat
menimbulkan eksaserbasi atau serangan, misalnya untuk penderita asma, rumah
harus selalu bersih bebas debu, cukup ventilasi dan mendapat sinar matahari.
Untuk penderita dermatitis, hindari zat-zat atau kosmetik yang yang dapat
menimbulkan iritasi pada kulit atau menghindari situasi dan makanan yang dapat
menyebabkan eksaserbasi.
Cara lain
adalah dengan terapi keluarga (family therapy). Keluarga diharapkan dapat
mengerti pola interaksi di dalam suasana keluarga tersebut, sehingga keluarga
dapat menolong untuk menciptakan model interaksi yang lebih sehat yang dapat
membebaskan penderita dari sikap mempertahankan penyakit. Selain itu bila
ditemukan ada konflik dalam perkawinan (bermasalah), dianjurkan untuk menjalani
konsultasi perkawinan dengan tujuan untuk memperbaiki kehidupan perkawinan dan
memperkuat ikatan perkawinan serta memelihara ikatan antara tiap generasi.
Terapi
perilaku merupakan komponen penting. Banyak penderita gangguan psikosomatik
termasuk dermatitis adalah seorang dengan kepribadian pemalu, pasrah dan kurang
punya rasa percaya diri. Salah satu tujuan dari terapi perilaku adalah
meningkatkan rasa percaya diri dan belajar, bagaimana mengekspresikan penderitaannya
secara Sesuai.
Menghilangkan
secondary gain dari gejala yang dialami adalah sangat sulit. Dengan memberikan
imbalan terhadap usaha dan hasil yang dicapai dalam mengatasi dan mengontrol
gejala (dengan token therapy) lama-kelamaan perilaku yang diinginkan tersebut
akan menjadi kebiasaan (conditioning). Mengajarkan penderita mengenal
patofisiologis bagaimana terjadinya kecemasan serta hubungannya dengan
gejala-gejala dermatitis, dapat membantu penderita dalam mempersiapkan diri
untuk mengatasi kecemasan dan gejala-gejala dermatitis tersebut.
Komentar
Posting Komentar